Depan Profil Visi Dan Misi

Visi Dan Misi

Visi Desa Cilimus adalah sebagai berikut : “Terwujudnya Desa Cilimus sebagai desa yang AGAMIS, HARMONIS DAN BERSATU Tahun 2019”.

Dalam visi Desa Cilimus tersebut terdapat beberapa kata kunci, yaitu AGAMIS, HARMONIS, dan BERSATU yang merupakan representasi terhadap beberapa kondisi berikut ini :

1. Agamis, Nilai-nilai agama sebagai pedoman kehidupan bermasyarakat yang kondusif, toleran, harmonis dan relegious.

2. Harmonis, Terselenggaranya hubungan kerja antara lembaga yang ada di desa dan masyarakat untuk terwujudnya pembangunan disegala bidang dan aspek-aspek kehidupan secara utuh.

3. Bersatu, Dalam upaya mempersatukan unsur-unsur lapisan masyarakat dalam peningkatan IPM dalam Program peningkatan pembangunan Desa yang lebih maju dan berkembang.

 

Desa Cilimus menetapkan Misi sebagai berikut :

Misi Ke 1 : Meningkatkan kwalitas sumber daya manusia dan memantapkan pembangunan manusia melalui peningkatan derajat pendidikan dan kesehatan;

Misi Ke 2 : Meningkatkan kehidupan masyarakat dalam sektor Perdagangan, pertanian, kewirausahaan dll.

Misi Ke 3 : Meningkatkan kwalitas kepemudaan dalam segala bidang.

Misi Ke 4 : Meningkatkan kwalitas sumber daya manusia melalui penanaman nilai agama peningkatkan kwalitas pendidikan, kesehatan daya saing dalam kehidupan berbudaya dan harmonis.

Misi Ke 5 : Meningkatkan percepatan penanggulangan kemiskinan melalui pelayanan sosial terpadu dan pemberdayaan masyarakat.

SEJARAH SINGKAT DESA CILIMUS 

Sejarah Cilimus terungkap kembali saat Nusantara dalam cengkraman penjajahan Belanda, tepatnya saat Belanda kembali menjajah menggantikan Inggris yang hengkang dari bumi pertiwi pada tahun 1817 masehi.Namun pada masa penjajahan Belanda ini, wilayah Pakuwon Cilimus masuk dalam wilayah Kabupatian Linggajati yang berdampingan dengan Kabupatian Kuningan yang sama-sama masuk dalam wilayah kedaulatan Kesultanan Kasepuhan Cirebon. 

Hal ini didapat pada laporan Residen Cirebon yang bernama P.H. Van Der Kemp yang tertuang pada Beslit No. 13 tanggal 30 Januari 1818 yang melaporkan bahwa, telah memerintahkan Bupati Linggajati untuk membantu Opsiner Kehutanan Banyaran yang bernama Prudants dan Bupati Bengawan Wetan yakni Raden Adipati Nitidiningrat yang kewalahan dalam melawan para pemberontak yang tengah mundur ke Palimanan. (P.H. Van Der Kemp. 1979: 16).

Situasi saat itu memang tengah gencar-gencarnya pemberontakan yang terkenal dengan istilah Perang Kedondong di antero wilayah Cirebon, Karawang, Majalengka hingga Kabupatian Talaga yang dipimpin oleh Ki Bagus Rangin dan Ki Bagus Serit atau pada masa Sultan Sepuh VIII yakni  Sultan Raja Udaka (1815-1845) sebagai kelanjutan dari Pemberontakan Pangeran Suryanegara tahun 1753-1773 (Iswara. 2009: 28).

 

 

 

1.  RATU NGADEG PIAMBEK

Syah dan dalam situasi yang masih belum pulih akibat peristiwa pemberontakan oleh Pangeran Suryanegara alias Pangeran Arya Panengah Abukayat Suryakusumah, beliau adalah  anak ke-2 dari Sultan Sepuh IV Raja Sena Mohammad Jaenudin dan juga  adik Sultan Sepuh V Sultan Matangaji.  Makam Pangeran Suryanegara berada di Wanacala (depan Lapangan Udara Penggung Cirebon).   Setelah keluar dari Keraton Kasepuhan karena ketidaksesuaian faham dengan Sultan Sepuh VI Sultan Hasanuddin pengganti kakaknya.  Selanjutnya beliau berkedudukan di Mertasinga yang dahulunya merupakan ibukota Kerajaan Singapura sebelum era Kesultanan Cirebon berdiri.

Pada masa itu, telah lahir seorang putra dari Pangeran Lubang Suryakusumah (anak dari Pangeran Suryanegara).  Bayi tersebut bernama Pangeran Adiredja Martakusumah yang lahir pada hari Jum’at Legi tanggal 8 November 1811 di Mertasinga (5 km utara kompleks Pemakaman Gunung Sembung).

Menurut pitutur para sepuh, sejak usia remaja Pangeran Adiredja Martakusumah senang menuntut ilmu, utamanya ilmu kedigjayaan sehingga bisa menguasai ilmu kesaktian yang pada masa itu dianggap sangat tinggi yakni ilmu Rawe Rontek.

Namun sejak kecil Pangeran Adiredja Martakusumah pun sudah mendapat gemblengan ilmu lahir dan ilmu batin dari ayahnya.  Disamping belajar ilmu agama dan darigama, ia digembleng fisiknya dengan ilmu silat oleh ayahnya.

Menjelang masa remaja, pangeran muda tersebut berguru pada seorang mantan pendekar sakti yang mengasingkan diri dipinggiran kota raja (mungkin disekitaran Kota Sumber sekarang).

Pangeran muda tersebut akhirnya bisa mengabdi di Keraton Kasepuhan atas jasa seorang Pengageng Keraton Kasepuhan yang disegani raja yang saat itu dijabat oleh  Sultan Sepuh IX Sultan Radja Sulaeman.  Jadi meskipun beliau putra dan cucu seorang pemberontak, disamping jasa sang pengageng tadi, toh beliau juga masih kerabat dekat keraton.

Dikisahkan, pada usia 36 tahun atau tepatnya tahun 1847 Pangeran Adiredja Martakusumah mendapat tugas dari Keraton Kasepuhan atas usul dan dukungan Pengageng Keraton yang disegani tadi.  Jadi suka atau tidak suka, akhirnya sultan menyetujui P. Adiredja Martakusumah untuk mengelola pemukiman di suatu padukuhan  diwilayah kidul yang mulai berkembang yang terdapat banyak pohon mangga limus disekitarnya yang pada akhirnya bernama Pakuwon Cilimus, yang dikemudian hari berubah lagi menjadi  Desa Cilimus.

Sebenarnya, secara politis, maksud Pengageng Keraton Kasepuhan tersebut mengutus keturunan  Sultan Sepuh IV tadi adalah untuk mengantisipasi bila ancaman Belanda benar-benar  dilaksanakan, yakni akan mengebom keraton  sebagaimana nasib keraton Banten yang dibumi hanguskan oleh Belanda akibat pemberontakan Sultan Banten kepada penjajah Belanda. Ancaman tersebut disampaikan Belanda sewaktu meminta Pangeran Suryanegara menghentikan pemberontakan.  Jadi antisipasi tersebut yakni dengan mempersiapkan pusat pemerintahan darurat diwilayah kidul dengan mengutus seorang yang memiliki trah murni dari Sunan Gunung Jati sebagai penerus Kesultanan Kasepuhan Cirebon.  Tapi kenyataanya ancaman Belanda tersebut tidak pernah dilaksanakan karena Sultan Sepuh saat itu sangat kooperatif kepada Belanda, malah pernah menyurati Pangeran Suryanegara memohon untuk menghentikan perlawanan kepada Belanda demi keutuhan keraton warisan yang sama-sama mereka hormati Sinuwun Sunan Gunung Jati.

Kembali pada kisah perjalanan Pangeran Adiredja Martakusumah yang meninggalkan Cirebon disertai 2 (dua) orang  Istrinya serta 5 (lima) orang anaknya beserta beberapa orang pengikutnya diantaranya bernama Raden Langlangbuwana, Raden Singadiperana dan Raden Gunawicara, mereka adalah menak keturunan Dalem Darim dari keturunan Sunan Gunung Agung atau Buyut Pakidulan (Garut) .  (Nama-nama tadi pernah diabadikan sebagai nama Sekolah Dasar Langlang Buwana di umbul Kalungluwuk yang sekarang bernama SDN V Cilimus dan nama SDN Gunawicara).

Dengan menanggalkan pakaian pinangerannya serta menyembunyikan gelar pangerannya, Pangeran Adiredja Martakusumah menyamarkan diri dengan berpakaian yang umumnya dipakai orang-orang sunda dulu yaitu pangsi hitam-hitam dan ikat kepala balangbang semplak, berangkatlah rombongan itu menuju kearah selatan.

Mereka berkuda dan tiba disatu kampung bernama Wanacala dimana sang kakek dikebumikan.  Rombongan berhenti sejenak untuk berziarah terlebih dahulu di makam Pangeran Suryanegara.

Setelah usai berziarah, rombongan melanjutkan perjalanannya kembali menuju selatan.  Selama dalam perjalanan, Pangeran Adiredja Martakusumah berfikir-fikir tentang nama yang cocok sebagai pengganti  nama aslinya bila dirinya telah tiba ditujuan.

Terinspirasikan nama kampung dimana kakeknya dimakamkan yakni Wanacala, beliau mengutak-atik nama kampung tersebut, wana-cala, dibalik cala-wana.  Akhirnya didapat nama yang cocok yakni “SACAWANA” (gabungan dari “Saca” dan “Wana”).  Saat itu nama “saca” banyak dipakai para menak sunda seperti sacanata, sacadilaga, saca mangunhardja dan lain sebagainya.

Akhirnya Pangeran Adiredja Martakusumah memerintahkan kepada para keluarga serta pengikutnya untuk memanggil dirinya dengan nama baru yakni Ki Sacawana.

Setibanya disuatu tempat yang banyak terdapat pohon mangga limus yang buahnya sangat harum dan khas aromanya utamanya banyak terdapat di sepanjang sungai ditempat itu, sehingga pakuwon itu ia beri nama CILIMUS dari kata “air buah limus”.

Sebelum sampai ditepi sungai dimaksud tadi, Ki Sacawana dan rombongan sejenak berhenti dibawah pohon Beringin Karet  yang sangat besar (sekarang berada di alun-alun Cilimus/ terminal mobil Cilimus).   Sejenak beliau berkontemplasi  dengan mengerahkan segenap daya cipta rasa mata batin untuk menembus kegaiban ditempat itu karena getaran yang kuat sudah dirasa sejak melihat pohon beringin karet tersebut dari jauh.

Dari hasil kontemplasi Ki Sacawana, rupanya mahluk ghaib (danyang atau dahiang) yang bernama Nyai Andayasari sejenis jin muslim yang “ngageugeuh” (mengayomi) di padukuhan itu telah menyambut kedatangan Ki Sacawana beserta rombongan. (Nama Andayasari pernah diabadikan sebagai nama Sekolah Dasar Inpres Andayasari di Jalan Pasawahan sekarang)

Setelah tiba ditepi sungai yang banyak pohon mangga limusnya tadi, sekarang bernama “goang” (sungai) Cibacang, rombongan tersebut sejenak beristirahat untuk melepaskan lelah.  Setelah merasa cukup beristirahat rombongan tidak terus berjalan ke arah selatan melainkan berjalan ke arah timur menyusuri sungai Cibacang tadi.  Akhirnya tiba disatu tempat yang dirasa tepat untuk mendirikan tempat tinggal dan pusat pemerintahan yang bernama Tarikolot.

Setibanya di padukuhan Tarikolot, Ki Sacawana mulai membangun pemukiman dan juga balai pusat pemerintahan (istilah sekarang bernama Balai Desa).  Dengan dibantu oleh beberapa orang tokoh selain  yang ikut dalam rombongan tadi yaitu Ki Jaliman dan beberapa orang lainnya yang kesemuanya adalah pengikut setia Ki Sacawana hingga akhir hayatnya.

Begitu besar wibawa sang pangeran yang telah berganti nama menjadi Ki Buyut Sacawana dihadapan rakyat  Cilimus dan sekitarnya sehingga beliau mendapat julukan RATU NGADEG PIAMBEK, dari bahasa sunda buhun yang artinya raja yang berdiri sendiri atau raja yang tidak dipilih rakyat tapi jadi dengan sendirinya.

Ki Buyut Sacawana atau Ratu Ngadeg Piambek memiliki profil yang menarik.  Beliau  berperawakan sedang dan berotot, agak tinggi badannya, rambutnya panjang tebal dan agak ikal,  berkulit kuning langsat, berhidung mancung, bermata tajam namun teduh, bicaranya bisa tegas bisa lembut tergantung kondisi namun lemah lembut pada rakyatnya, kesukaannya berpakaian seperti kebanyakan masyarakat sunda pada masa itu yaitu baju pangsi hitam serta ikat kepala batik.  Memang suatu gambaran profil yang pantas bila beliau digelari Ratu Ngadeg Piambek karena perbawa wibawa yang dimilikinya, padahal masyarakat Cilimus tidak mengetahui bila beliau adalah seorang keturunan raja yang disegani di Cirebon juga keturunan seorang Awliya yang menjadi panutan masyarakat tatar pasundan pada umumnya.

 

Pembangkangan Ki Buyut Sacawana

Sesungguhnya, dihati Pangeran Adiredja Martakusumah (Ki Buyut Sacawana) masih memendam ketidakpuasan akan nasib ayahnya juga kakeknya.  Kakeknya meninggalkan Keraton Kasepuhan beserta 3 (tiga) orang adiknya yakni Pangeran Jayawikarta, Pangeran Arya Kidul dan Pengeran Arya Kulon akibat ketidakpuasan atas diangkatnya Sultan Sepuh VI pengganti Sultan Matangaji atas dukungan Belanda.  Oleh karenanya P. Suryanegara berencana membangun keraton di bekas Keraton Mertasinga (eks Kerajaan Singapura).  Tapi karena Sultan Kanoman melarang untuk meneruskan pembangunan keraton dimaksud, akhirnya ditempat tersebut hanya dijadikan basis perlawanan kepada Belanda.

Tapi yang paling menyedihkan adalah, ketika makam beliau yang tadinya dikebumikan di kompleks makam keluarga raja-raja Cirebon atau Pemakaman Gunung Sembung, atas perintah keraton disuruh dipindahkan ke Wanacala diwilayah selatan Cirebon, dengan alasan karena telah membangkang dan memberontak.

Dari kisah yang sampai sekarang beredar diantara kerabat-kerabat keraton di Cirebon, bahwa telah terjadi keajaiban sewaktu proses pemindahan makam tersebut.  Sewaktu makam P. Suryanegara dibongkar untuk dipindahkan, yang didapat bukannya jenazah yang terbujur kaku, melainkan P. Suryanegara tengah duduk dan membaca kitab didalam kuburannya. Betapa terkejutnya para petugas pembongkar makam.  Akhirnya dengan sangat sopan dan halus dikatakan kepada P. Suryanegara diundang untuk pindah ke pasareannya yang baru di Wanacala yang telah disediakan.  Atas kuasa Allah SWT akhirnya P. Suryanegara menerima undangan tersebut dan selanjutnya beliau benar-benar meninggal dunia untuk selamanya.

Ayahnya Pangeran Adiredja Martakusumah juga meninggal secara menyedihkan dengan tubuh berlubang-lubang, sehingga dikenal dengan sebutan Pangeran Lubang, namun ayahnya tersebut gugur sebagai syuhada kusuma bangsa.

Jadi kepergianya ke Cilimus adalah dengan membawa kepedihan hati dan rasa kecewa  yang terpendam dihati Pangeran Adiredja Martakusumah/ Ki Buyut Sacawana, sehingga beberapa waktu kemudian beliau mulai melakukan pembangkangan terhadap pihak Keraton Kasepuhan yang pada saat itu memihak kepada Belanda.  Dengan cara rahasia, mulailah beliau melakukan pembangkangan atau pemberontakan dengan rapinya.  Pembangkangan kepada Kesultanan Kasepuhan pada hakekatnya adalah pemberontakan kepada penjajah Belanda dengan cara gerilya.  Diceritakan bahwa, banyak anak buahnya yang menyamar jadi pedagang bila bertemu dengan Serdadu Belanda yang  sedang lengah, mereka membunuh serdadu itu hanya dengan alat sederhana semisal ditusuk dengan garpu makan  dan sebagainya.

Ki Buyut Sacawana seorang ”jadug” yang sakti mandraguna, tidak bisa mati selama tubuhnya menyentuh tanah kendati tubuhnya itu sudah terpotong-potong.  Itulah yang dikenal dengan Ajian Rawe Rontek, ilmu andalah Ki Buyut Sacawana.

Dikisahkan, dalam melaksanakan aksinya Ki Buyut Sacawana suka menghentikan dan menyamun para utusan penguasa dari wilayah kidul yang saat itu masih mengakui kedaulatan Cirebon seperti dari Ciamis, Tasikmalaya dan lain-lainnya. Ki Buyut Sacawana dan para pengikutnya bertindak ala Robinhood dalam cerita kepahlawanan Inggris, karena hasil rampasannya tersebut selanjutnya dibagi-bagikan kepada rakyat, utamanya kepada rakyat yang miskin.  Meskipun mereka menyamun, tapi Ki Buyut Sacawana dan pengikutnya bukanlah perampok sungguh-sungguh karena mereka tidak pernah menyamun para pedagang atau saudagar yang lewat diwilayah operasi mereka.  Jadi yang dirampok hanyalah barang-barang upeti untuk raja Cirebon.

Tempat dimana biasanya   Ki Buyut Sacawana beserta pengikutnya menyamun barang-barang upeti tersebut, hingga kini tempat itu di kenal dengan nama Ciloklok, yang maksudnya “ditelan bulat-bulat”.

Pada akhirnya perbuatan dan sepak terjang beliau lambat laun diketahui oleh pihak Keraton Kasepuhan melalui antek-anteknya yang berada  di Kabupatian Linggajati, untuk selanjutnya diberikan peringatan untuk menghentikan aksinya tersebut, namun tidak digubris.  Karena aksi pembangkangan Ki Buyut Sacawana tersebut sebenarnya bukan hanya karena menghendaki barang rampasannya semata, namun sekaligus sebagai upayanya untuk melemahkan Keraton Kasepuhan dan Belanda dengan memutuskan mata rantai dari wilayah kidul, minimal sebagai sikap balas dendam atas nasib kedua leluhurnya sebagaimana telah dipaparkan di atas tadi.

Pada akhirnya,  pihak keraton memutuskan untuk membunuh Ki Buyut Sacawana dengan mengirimkan ponggawa keraton beserta pendekar-pendekar untuk menangkap dan membunuh Ki Buyut Sacawana.  Tetapi tindakan itu selalu mengalami kegagalan dikarenakan kesaktian yang dimiliki Ki Buyut Sacawana. 

Namun selanjutnya ada juga penghianat bangsa yang mau memberitahukan kelemahan beliau, bahwa Ki Buyut Sacawana hanya dapat dibunuh dengan cara bagian tubuhnya dipisah-pisahkan (mutilasi) dan dikuburkan pun secara terpisah-pisah pula.

 

Meninggalnya  Ki Buyut Sacawana

Pada suatu ketika, datanglah di Linggajati seorang yang berpakaian kyai yang akan menjajal kesaktian Ki Buyut Sacawana yang sudah terkenal dimana-mana.  Syahdan, Kyai tersebut sudah mengetahui weton kelahirannya Ki Buyut Sacawana sehingga bisa mengetahui hari naas Ki Buyut Sacawana.

Selanjutnya, dihari yang sudah diketahui sebagai hari naas Ki Buyut Sacawana, diundanglah oleh Kyai tadi untuk mengajak perang tanding kepada Ki Buyut Sacawana.  Cadu mundur sanyari bumi, begitu istilahnya, Ki Buyut Sacawana menerima tantangan itu.

Bertempat di sebuah lapangan yang dikelilingi banyak pohon pinus dilereng Gunung Ciremai (mungkin diwilayah Gunung Deukeut/ Desa Setianegara sekarang), perang tanding pun mulai dilaksanakan dari pagi hingga sore hari tanpa campur tangan siapapun.  Ki Buyut Sacawana bersenjatakan pusaka semacam golok panjang/ pedang dan si Kyai bersenjatakan keris berwarna putih  luk-8  serta bisa memancarkan sinar putih keperakkan.

Diceritakan, adu kanuragan dengan mengeluarkan jurus-jurus silat yang pada masa itu banyak meniru gerakan-gerakan hewan berlangsung seru, serta adu kesaktian yang mendebarkan.  Kesaktian mereka sebenarnya berimbang, tapi karena saat itu menurut perhitungan si kyai adalah hari naas Ki Buyut Sacawana, maka benarlah yang terjadi.  Ki Buyut Sacawana akhirnya dapat ditusuk dengan keris besi putih oleh si Kyai tersebut tepat diulu hati Ki Buyut Sacawana.

Mungkin sudah suratan takdirnya, bahwa ajal sesepuh Cilimus ini harus tewas dalam adu kesaktian dan bisa dibunuh pada tahun 1880, pada saat itu usia Ki Buyut Sacawana atau Ratu Ngadek Piambek atau Pangeran Adiredja Martakusumah adalah 69 tahun.

Selanjutnya jenazah  Ki Buyut Sacawana dimutilasi di atas ”anjang-anjang” tanaman labu siam untuk menghindari jasad pemilik Ajian Rawe Rontek itu menyentuh tanah dengan menggunakan keris putih luk-8 tadi.  Selanjutnya jasad Ki Buyut Sacawana yang sudah terpotong menjadi 3 (tiga) bagian  itu dikuburkan ditempat yang terpisah jauh yakni:

- Bagian kepala dikuburkan di Desa Panawuan disatu perbukitan (pasir, istilah Sunda).

- Bagian dada dan perut dikuburkan di Desa Cilimus, tepatnya di Dusun Kalungluwuk.

- Bagian kaki dikuburkan di Desa Sindangkasih Kecamatan Beber Kabupaten Cirebon (belum

  diketahui tepatnya).

 

Anak dan Keturunan  Ki Buyut Sacawana

Ki Buyut Sacawana wafat pada tahun 1880 masehi (tidak diketahui hari dan tanggalnya).  Beliau meninggalkan 2 (dua) orang istri dan 5 (lima) orang anak.  Dua orang anak dari istri pertama dan 3 (tiga) orang anak dari istri kedua yang bernama Nyi Mas Sri Murti Wulandari (putri dari keturunan Keraton Kasepuhan).  Ki Buyut Sacawana yang pada saat itu bernama Pangeran Adiredja Martakusumah menikahi Nyi Mas Murti Wulandari pada usia 20 tahun tepatnya pada tahun 1831 masehi.

Belum diketahui semua anaknya tadi, cuma satu anak yang diketahui bernama Pangeran Rahmat Agung anak kedua dari ibu Nyi Mas Sri Murti Wulandari (istri ke-2)  yang lahir pada hari Sabtu Wage, 6 Oktober 1832 di Keraton Kasepuhan.  Adiknya menyusul lahir pada tahun 1834 dan si bungsu lahir tahun 1837 masehi.

Pangeran Rahmat Agung beserta keempat  saudaranya lahir di Cirebon, sewaktu mereka masih kecil-kecil dan tinggal di keraton terpaksa harus hijrah mengikuti ayahnya ke Cilimus.

Setelah kejadian pembunuhan atas ayahnya yaitu Ki Buyut Sacawana, Pangeran Rahmat Agung yang pada saat itu berumur 46 tahun meninggalkan Cilimus untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, yakni berhijrah ke kampung yang bernama Lingga di wilayah Kabupaten  Majalengka (belum diketahui letak kampung tersebut, karena mungkin sekarang sudah berganti nama).

Saat meninggalkan Cilimus, P. Rahmat Agung meninggalkan seorang istri yang bernama Nyai Siti Maemunah (Putri ke-5 dari 11 orang bersaudara  Ki Buyut Marmagati/ tokoh yang akan diceritakan nanti)  di Cilimus.

P. Rahmat Agung mempunyai seorang istri dan 8 (delapan) orang anak: 1. (laki-laki)  2. (perempuan)   3. (laki-laki)   4. Elang Wiguna Tawidjar Martakusumah   5. (perempuan)  6. (perempuan) 7. (laki-laki)  dan 8. (perempuan).

Jadi cuma satu anaknya yang diketahui namanya, yakni anak ke-4 yang bernama Elang Wiguna Tawidjar Martakusumah (para keturunannya biasa menyebut nama pendeknya saja yakni Buyut Tawidjar).

Setelah keadaan dirasa sudah aman, P. Rahmat Agung pulang kembali Cilimus.  Pada usia 70 tahun tepatnya pada tahun 1904 pangeran yang bersifat sabar, tawakal serta hidup sederhana dan juga tidak mau menjadi Kuwu Cilimus, meninggalkan dunia yang fana ini menyusul ramanya yang telah gugur sebagai kesumah dengan cara yang menyedihkan.  Pada  Saat itu Desa Cilimus dipimpin oleh Kuwu II yang bernama Kuwu Rumsewi (1880 s/d 1887). 

 

2.  MARMAGATI

Pada era yang sama saat kedatangan Pangeran Adiredja Martakusumah/ Ki Buyut Sacawana di Pakuwon Cilimus, kedatangan seorang tokoh ulama yang bergelar Tubagus dari Kesultanan Banten yang mengganti nama dengan panggilan Ki Marmagati.  Ki Buyut Marmagati meninggalkan Banten setelah Kesultanan Banten berakhir, yakni setelah meninggalnya Sultan Banten pamungkas yakni Sultan Banten XXI  Sultan Muhammad Rafiuddin (1813-1820).

Karena di wilayah Banten terus dilanda kemelut, sang Tubagus meninggalkan kampung halamannya berhijrah kewilayah timur yang pada akhirnya tiba di Pakuwon Cilimus tepatnya di umbul Kukulu untuk menjalani hidup baru sembari berdakwah dan mengajarkan ilmu.

Sebagaimana halnya dengan Ki Sacawana, sang Tubagus itu pun menyembunyikan gelar kebangsawanannya dengan mengganti nama menjadi MARMAGATI, seorang ulama yang luhur budinya serta kaya ilmunya.  Beliau berbadan tinggi besar, gagah, berkumis dan berjenggot lebat serta brewokan dan suka berpakaian putih-putih laiknya pakaian para ulama pada umumnya.

Ki Buyut Marmagati dan Ki Sacawana yang sama-sama keturunan dari Sunan Gunung Jati bersama-sama membesarkan Desa Cilimus pada bidang tugasnya masing-masing, akhirnya berbesanan dengan menikahkan puteri ke-5 nya yang bernama Nyai Siti Maemunah dengan putera Ki Sacawana yang bernama Rahmat (Pangeran Rahmat Agung).

Setelah beberapa waktu lamanya beliau mengajarkan ilmu agama Islam serta berdakwah pada masyarakat Desa Cilimus, akhirnya Ki Buyut Marmagati hijrah ke Gunung Sirah di salah satu desa di Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan.  Selanjutnya beliau menetap dan berdakwah disana hingga wafatnya dan dikebumikan di Puncak Bukit Oncangan Desa Gunung Sirah (sampai sekarang makam beliau masih terawat rapi berdampingan dengan istri dan murid-muridnya).

Saat hijrahnya ke Gunung Sirah tidak diketahui kapan waktunya, namun diduga waktunya adalah pasca gugurnya Ki Buyut Sacawana.  Atau kemungkinan saat menantunya hijrah ke wilayah Majalengka,  beliau pun hijrah ke wilayah Darma di Kabupaten Kuningan.

 

3. TUBAGUS HADJI ABDUL GHAFAR (KUWU KE-III DESA CILIMUS)

Pada saat Ki Buyut Sacawana memerintah sebagai Kuwu Cilimus yang pertama, di Cilimus ada juga seorang keturunan Sunan Gunung Jati dari jalur Kesultanan Banten yang bernama Tubagus Hadji Abdul Ghafar yang lahir pada tahun 1816 di Cilimus.

Tb. H. Abdul Ghafar menjadi Kuwu Cilimus yang ke-3 menggantikan Kuwu Rumsewi pada tahun 1887 sampai  tahun 1922 masehi.     Bapak Tb. H. Abd. Ghafar meninggal dalam usia sangat tua yakni 106 tahun tepatnya pada tahun 1922 masehi, dimakamkan di Pemakaman Pasir Jati diposisi paling atas (bukit kecil) dekat pohon beringin.

Makam beliau berada ditengah-tengah 3 (tiga) makam yang berdampingan.  Sebelah kiri (barat) adalah anak laki-lakinya yang pertama (meninggal dunia semasih kecil) dan yang sebelah kanan (timur) yakni anaknya yang ke-2 yang bernama Ratu Hj. Djaonah.

Sewaktu memerintah, Tubagus H. Abdul Ghafar (disalah satu silsilah keluarga, ditulis Abdul Gappar) dibantu oleh Juru Tulis (Sekretaris Desa) yang bernama Bapak Hadji Hasan (waktu kecil dipanggil  Elang Hasan) putra ke-2 dari 6 (enam) bersaudara Elang Wiguna Tawidjar Martakusumah.  Berarti Bapak Hadji Hasan adalah cucu dari Ki Buyut Sacawana.

Sementara, Bapak Tb. H. Abdul Ghafar memiliki 2 (dua) orang istri.  Istri yang pertama bernama Ibu Hadjah Fatmah,  memiliki 3 (tiga) orang anak, anak pertama laki-laki meninggal dunia sewaktu kecil dan 2 orang putri.

Karena anak laki-lakinya meninggal dunia, beliau meminta izin kepada istrinya untuk menikah lagi.  Ibu Hj. Fatmah ikhlas dimadu sehingga Bapak Tb. Hj. Abdul Ghafar menikah kembali dengan Ibu Salmah dan dikarunia 6 (enam) orang anak yaitu  5 (lima) orang putera dan 1 (satu) orang puteri.

Dituturkan, bahwa profil Bapak Hadji Hasan (Elang Hasan) yang mewarisi profil ayahnya yang lemah lembut, pekerja keras serta agamis juga tampan, menarik hati Pak Kuwu untuk menjodohkan dengan puterinya yang bernama Ratu Hadjah Djaonah.

Sebenarnya, kawin-mawin, silang-menyilang memang sudah menjadi tradisi di tatar  Cilimus dan sekitarnya, sehingga pada umumnya, warga asli Desa Cilimus bersumber pada 3 (tiga) orang tokoh yang telah diuraikan di atas tadi yakni:

1.           Ki Buyut Sacawana (Pangeran Adiredja

          Martakusumah asal Cirebon.

2.           Buyut Marmagati (Tubagus Marmagati)

          Asal Banten

3.           Bapak H. Abdul Ghafar (Tubagus Hadji Abdul Ghafar) keturunan Banten dan Cirebon yang lahir di Cilimus.

Sehingga sejak Kuwu ke-4 Desa Cilimus hingga Kuwu ke-14 saat tulisan ini dibuat, bisa dikatakan kesemuanya adalah dari keturunan ke-3 tokoh di atas tadi.

 

b.  KUWU-KUWU YANG PERNAH MEMERINTAH DESA CILIMUS

Sejarah Cilimus lebih merunut pada para tokoh pemerintahannya yakni para kuwu yang pernah memerintah Pakuwon/ Desa Cilimus.  Jadi urutan kuwu dari pra-Indonesia merdeka, pasca-Indonesia Merdeka, masa Orde lama, masa Orde Baru hingga saat sekarang ini (Orde Reformasi) bisa dirunut  beserta masa jabatannya sebagai berikut:

1.   Ki Buyut Sacawana/ P. Adiredja Martakusumah

      (1847 s/d 1880)
2.   Bapak Rumsewi (1880 s/d 1887)
3.   Bapak Abdul Ghafar (Tubagus Hadji Abdul Gappar)

      (1887 s/d 1922)

4.   Bapak Karnadisastra (1922 s/d 1928)

5.   Bapak Wangsaatmaja (1928 s/d 1947)
6.   Bapak E.Suarja (1947 s/d 1950)
7.   Bapak Jaya Sentana (1950 s/d 1956)
8.   Bapak Muhammad Hasyim (1956 s/d 1969)
9.   Bapak A. Pathoni Saleh (1969 s/d 1979)
10. Bapak Ending Rosyidin (1980 s/d 1981)

11. Bapak Toto (Pejabat Kuwu)
12. Bapak Masuri (1990 s/d 1998)
13. Bapak Masuri 2 (1999 s/d 2001)
14. Bapak Apip (2002 s/d 2006)
15. Bapak Nasihin Arjadisastra (2007 s/d 2013)

16. Bapak H. Mulyadin ( 2013 s/d Sekarang )

 

Pada rahun 1920 pada masa Pemerintahan  Bpk. H. Abdul Gofar  gedung Pemerintah Desa  yang berdampingan dengan Mesjid dan bersebrangan dengan Kantor Kewedanaan dan Kantor kecamatan  yang berlokasi di sebelah alun- alun , dipindahkan kurang lebih 400 M kearah utara tepatnya  berada di Jl. raya Cilimus,dan  mulai tanggal 01 januari 2012 lokasi Kantor Pemerintah Desa  Cilimus dikembalikan lagi ke Posisi semula yaitu  dikawasan Alun –alun Desa Cilimus dan berdampingan dengan Mesjid Agung  Cilimus sebagai  lambang  pemersatu Ulama & Umaroh sehingga  segala Cita - cita  Desa  bisa  terwujud kembali yaitu : Pemerintahan Keagamaan dan Pendidikan.

B.  Pembagian Wilayah

Wilayah Desa Cilimus terbagi atas 5 Blok/Dusun, 06 RW dan 24 RT sing-masing Blok dipimpin oleh  seorang  Kepala  Kepala Dusun  yaitu :

1. Dusun/blok Kliwon meliputi : RW 01 membawahi Rt.01,02,03

    dan dikepalai oleh Kepala Dusun Kliwon.

2. Dusun/Blok Manis meliputi : RW.02 membawahi RT 06, 07, 08,

    dan 09 dikepalai oleh Kepala Dusun Manis.

3. Dusun Pahing meliputi : RW.03 membawahi RT.10, 11, dan 12

    RW.06 membawahi RT.22, 23, dan 24 dikepalai oleh Kepala

    Dusun Pahing        

4. Dusun/Blok Pon meliputi : RW.04 membawahi RT.13, 14, 15,

   16, dan 17 dikepalai oleh Kepala Dusun Pon.

5. Dusun/Blok Wage meliputi : RW.05 membawahi RT.18, 19, 20,

    dan 21 dikepalai oleh Kepala Dusun Wage.

 

A.   Struktur Organisasi Pemerintah Desa.

Stuktur Organisasi Pemerintah desa mengalami pergantian jabatan yaitu :

1.   Jabatan Sekretaris Desa yang dijabat oleh salah seorang PNS yaitu Maman Sulaeman, S.IP ditarik untuk  menempati tugas baru di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kuningan berdasarkan Surat Perintah Kepala Badan Kepegawaian daerah Nomor 824.3/6003/Mutasi tanggal 01 Juni 2015, pada tanggal 01 Bulan Juni 2016 dijabat oleh Pelaksana Tugas (Plt)  Sekretaris Desa yang berasal dari Kaur Pemerintahan yaitu Sdr. Udin Sutrisno dan ditetapkan pada tanggal 1 Februari 2016, ditetapkan menjadi Sekdes, SK No. 141.3/kpts.09/2016 tahun 2016.

2.   Jabatan Kasi Pemerintahan, Kasi Ekbang dan Kaur Keuangan mengalami alih jabatan sesuai dengan SK no. 141.3/kpts.09/2016 yaitu Kasi Pemerintahan dijabat oleh Hendra Rismayana, Kasi Ekbang dijabat oleh Dudung Durohim dan Kaur Keuangan/Bendahara dijabat sdr.Ayip Solahudin, S.Kom.

3.   Jabatan yang tidak mengalami pergeseran dikukuhkan melalui SK No 141.3/kpts/10/2016 tahun 2016, yaitu Kasi Kesra, Kaur Umum, Kliwon, Manis, Pahing, Pon dan Kepala Dusun Wage.

 

 

 

 

 

 

 

2.1       Peta dan Kondisi Desa

A.           Keadaan Wilayah

1.           Luas dan Batas Wilayah

a.     Luas Desa                 : 201.435   Ha                                                                                                                    

b.     Batas Wilayah

No

Batas

Desa

Kecamatan

1

Sebelah Utara  

Caracas

Cilimus

2

Sebelah Selatan   

Bojong, Panawuan

Cilimus, Cigandamekar

3

Sebelah Barat 

Bojong,

Cilimus

4

Sebelah Timur

Cibuntu, Indapatra

Cigandamekar

 

 

2.           Luas Wilayah Menurut Penggunaan

No

Peruntukan Tanah

Ha / m2

1

Luas Pemukiman

56.013

2

Luas Persawahan

124.275

3

Luas Perkebunan

-

4

Luas Kuburan

20. 000

5

Luas Pekarangan

-

6

Perkantoran

3.062

7

Luas Prasarana Umum Lainnya

18.085

Total Luas

221.435

TANAH SAWAH

Ha / m2

1

Sawah Irigasi ½ Teknis

-

2

Sawah Tadah Hujan

-

Total Luas

-

TANAH KERING

Ha / m2

1

Tegal / Ladang

-

2

Pemukiman

56.013

Total Luas

56.013

TANAH PERKEBUNAN

Ha / m2

1

Tanah Perkebunan Rakyat

-

2

Tanah Perkebunan Perseorangan

-

Total Luas

-

TANAH FASILITAS UMUM

Ha / m2

1

Kas Desa / Kelurahan

 

 

  1. Tanah Bengkok

104.000

 

  1. Tanah Titi Sara

22.760

 

  1. Kebun Desa

-

 

  1. Sawah Desa

-

2

Lapangan Olahraga

13.500

3

Tempat Pemakaman Desa

-

4

Bangunan Sekolah

14.408

5

Pertokoan

-

6

Fasilitas Pasar

500

7

Jalan

2.500

8

Daerah Tangkapan Air

-

Total Luas

172.168

TANAH HUTAN

Ha / m2

1

Hutan Lindung

-

2

Hutan Rakyat

-

Total Luas

 

 

 

 

 

 

3.           Iklim

 

No

Jenis Iklim

Ket

1

Curah Hujan

312 m/th

2

Suhu Rata-rata Harian

29 derajat celcius

 

 

4.           Jenis dan Kesuburan Tanah

No

Jenis Tanah

Ket

1

Warna Tanah

Merah

2

Tekstur Tanah

Lempungan

3

Lahan Terlantar

-

3

Tingkat Erosi Tanah

 

 

a.    Luas Tanah Erosi Ringan

-

 

b.   Luas Tanah Erosi Sedang

-

 

c.    Luas Tanah Erosi Berat

-

 

d.   Luas Tanah Tidak Erosi

-

 

 

5.           Topografi

No

Keadaan Wilayah

Ket

1

Dataran Rendah

446 Ha /m2

2

Berbukit-bukit

-

3

Dataran Tinggi / Pegunungan

-

3

Daerah Aliran Sungai

25.000

Orbitrasi

 

1

Jarak Ke Ibukota Kecamatan

0 km

2

Jarak Ke Ibukota Kabupaten

13 km

3

Jarak Ke Ibukota Propinsi

137 km

 

 

2.1.3.        Keadaan Sosial Penduduk

a.    Jumlah Penduduk

Berdasarkan pemutakhiran data pada tahun 2015, Desa Cilimus mempunyai jumlah penduduk 7946 jiwa, terdiri dari 4022 jiwa laki-laki dan 3939 perempuan yang tersebar di tiap RW dengan perincian sebagai berikut :

 

1.   Menurut Kepala Keluarga (KK)

 

Rw

Rt

KK

L

P

Jml Jiwa

01

1

114

209

211

420

2

61

107

115

222

3

144

251

247

498

4

72

144

158

302

5

61

125

114

239

02

6

65

102

101

203

7

60

103

102

205

8

58

106

108

214

9

114

215

221

436

03

10

177

363

341

704

11

105

199

194

393

12

85

163

139

302

22

77

117

129

246

23

41

109

102

211

24

42

103

109

212

04

13

98

184

172

356

14

97

186

180

366

15

76

120

128

248

16

90

159

156

315

17

93

183

161

344

05

18

137

194

202

396

19

149

256

229

485

20

84

138

157

295

21

91

171

163

334

JUMLAH

2191

4022

3939

7946

 

 

2.   Menurut Kelompok Umur

No

Umur

 

L

 

P

 

Jumlah 2014

 

L

 

P

 

Jumlah

 2015

1

0  - 4

352

346

698

393

365

758

2

5  - 9

408

419

827

403

375

778

3

10  -  14

399

407

806

393

365

758

4

15  -  19

453

360

813

355

341

696

5

20  -  24

443

341

774

335

332

667

6

25  -  29

338

349

687

357

355

712

7

30  -  34

326

342

668

334

328

662

8

35  -  39

354

241

595

315

304

619

9

40  -  44

305

336

671

279

273

552

10

45  -  49

265

187

452

273

234

507

11

50  -  54

251

193

444

158

189

347

12

55  -  59

219

221

440

149

134

283

13

60  -  64

235

150

385

98

105

203

14

65  -  69

135

124

259

180

81

261

15

70  -  Keatas

50

91

141

106

138

244

      Jumlah

4.346

4.099

8.445

4.027

3.919

7.946

 

 

3.   Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No

Mata Pencaharian

2014

2015

Ket

1

DOKTER

2

3

 

2

POLRI

13

7

 

3

ABRI

-

1

 

4

PETANI

120

40

 

5

BURUH TANI

269

20

 

6

BIDAN

3

9

 

7

PEDAGANG

1152

1497

 

8

TUKANG KAYU/BATU

72

1

 

9

TUKANG OJEG

113

121

 

10

TKI/TKW

11

13

 

11

BENGKEL

15

19

 

12

SUPIR

78

91

 

13

PNS

256

252

 

14

SWASTA

518

620

 

15

TUKANG CUKUR/SALON

17

2

 

16

DUKUN BAYI

-

-

 

17

KURSUS COMPUTER

3

3

 

18

PERAWAT

8

8

 

19

TUKANG RONGSOKAN

3

3

 

20

TUKANG JAHIT

18

19

 

21

BUMN

-

14

 

 

JUMLAH

2.671

2.743

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

NO

 

TAHUN

LAHIR

MATI

PINDAH

DATANG

Lk

Pr

Jml

Lk

Pr

Jml

Lk

Pr

Jml

Lk

Pr

Jml

1

2014

74

87

161

29

39

68

85

93

178

47

42

89

2

2015

61

41

102

40

29

69

96

94

190

63

68

131

4.   Jumlah Penduduk Berdasarkan Mobilitasi / Mutasi

 

 

5.   Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

NO

URAIAN

2014

2015

1

Blm Sekolah

1.410

1.382

2

Di  PAUD

108

102

3

Di  TK

120

113

4

Di SD

1.667

1.545

5

Di SLTP

860

848

6

Di SLTA

800

800

7

Di Perguruan Tinggi

280

276

8

Tamat  SD

493

493

9

Tamat  SLTP

442

342

10

Tamat  SLTA

1.395

1.295

11

Tamat  S.1

585

595

12

Pesantren

45

45

13

Tdk.Tmt SD

110

110

14

Buta Huruf

5         5

5

 

Jumlah

8.445

7.946

 

 

 

 

 

 

 

 

b.   Keadaan Sosial

1.   Sarana Pendidikan

No

Sarana Pendidikan

Jumlah

1

PAUD

4

2

TK

3

3

Sekolah Dasar

4

4

Madrasah Ibtidaiyah

2

5

SLTP

1

6

MTs

1

7

SMA

1

8

Pondok Pesantren

2

 

 

2.   Kesenian dan Kebudayaan

No

Jenis Kesenian

Jumlah

1

Genjring

5

2

Reog

1

 

 

3.   Sarana Ibadah

No

Sarana Keagamaan

Jumlah

1

Masjid

2

2

Mushola

54

3

Gereja

-

 

 

4.   Sarana Kesehatan

No

Sarana Kesehatan

Jumlah

1

Puskesmas

1

2

Polindes

1

3

Pustu

-

4

Posyandu

11

 

 

5.   Sarana Olahraga

No

Sarana Olahraga

Jumlah

1

Lapangan Sepak Bola

1

2

Lapangan Volly Ball

5

3

Lapangan Bulu Tangkis

4

4

Lapangan Tenis Meja

-

5

Papan Catur

-

 

 

2.2       Kelembagaan Desa

a.   Data Perangkat Desa

 

 

N0

 

NAMA

 

Tempat

Tgl Lahir

 

Pend

 

Jabatan

 

Sk. Pengangkatan

 

Alamat

1

H.Mulyadin

Jambi , 01-11-1967

SLTA

Kepala Desa

141/KPTS.260-BPMD/13

Rt 18 Wage

2

Udin Sutrisno

Kng,  07-07-1966

SLTA

Plt. Sekdes /Kaur Pemerintahan

27 Tahun 2015

/141/SK.07/Pem/2004

Rt 01 Kliwon

3

Hendra Rismayana

Kng, 07-07-1973

SLTA

Kaur Ekbang

141/SK/.01/PEM/02

Rt 14 Pon

4

Juli F. Halmi

Kng, 18-03-1964

SLTA

Kaur Kesra

141/SK/.01/PEM/07

Rt 17 Pon

5

Nurhidayati, S.Pd.I

Kng, 22-03-1990

S 1

Kaur Umum

30 Tahun 2015

Rt 18 Wage

6

Dudung Durohim

Kng, 20-11-1967

SLTA

Kaur Keu

141/SK/.02/PEM/02

Rt 14 Pon

7

Zaenal Abidin

Kng,  12-06-1977

SLTA

Rurah Kliwon

141/SK/.18/PEM/05

Rt 04 Kliwon

8

Udin Zaenudin

Kng, 16-08-1972

SLTA

Rurah Manis

141/SK.04/VIII/08

Rt 06 Manis

9

Dudung A Iman

Kng,  30-11-1966

SLTA

Rurah Pahing

141/SK/.02/PEM/07

Rt 10Pahing

10

Amir Hamzah

Kng, 28-08-1958

SLTA

Rurah Pon

141/SK/.01/PEM/07

Rt 16Pon

11

Syarif Hidayat

Kng,  26-07-1966

SLTA

Rurah Wage

141/SK/.01/PEM/02

Rt 19Wage

12

Ayip Shalehudin,S.Kom

Kng, 03-03-1989

S 1

Bendahara

24 Tahun 2015

Rt 02 Kliwon  

 

 

b.   Data Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

 

NO

 

NAMA

 

Tempat Tgl Lahir

 

Pend

 

Jabatan

 

Sk. Pengangkatan

 

Alamat

1

Drs.Asep Saefullah . M.H.I

Kng ,15-09-1972

S2

Ketua

141.2/KPTS.01-PEM/2013

Rt 17/04 / Pon

2

Drs. Lili  Sugili

Kng. 08-11-1956

S1

Wk Ketua

141.2/KPTS.01-PEM/2013

Rt 08/02 Manis

3

Tri Suknaedi. M.Pd

Kng. 23-01-1965

S2

Sekretaris

141.2/KPTS.01-PEM/2013

Rt 2406 /Pahing

4

Indra Nugraha. ST

Kng. 29-02-1988

S1

Anggota

141.2/KPTS.01-PEM/2013

Rt 0101 Kliwon

5

Muhamad Safi’i

Kng. 15-01-1971

SLTA

Anggota

141.2/KPTS.01-PEM/2013

Rt 0401 Kliwon

6

Oji Sahroji . SH

Kng. 07-02-1964

S1

Anggota

141.2/KPTS.01-PEM/2013

Rt 06/02 Manis

7

Ruri Nurul Hidayat

Kng. 08-01-1977

SLTA

Anggota

141.2/KPTS.01-PEM/2013

Rt 10/03 Pahing

8

Helmi Diaz

Kng. 10-06-1954

SLTP

Anggota

141.2/KPTS.01-PEM/2013

Rt 11/03 Pahing

9

Ahmad Arif. S.HI

Kng. 02-03-1979

S1

Anggota

141.2/KPTS.01-PEM/2013

Rt 15/04 Pon

10

Haris Hasan Hariri

Kng, 01-06-1973

SLTA

Anggota

141.2/KPTS.01-PEM/2013

Rt 19/05 /Wage

11

Iwan Hermawan SE

Kng, 24-02-1981

S 1

Anggota

141.2/KPTS.01-PEM/2013

Rt 21/05 Wage

 

c.    Data Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

No.

Nama Personil

Penddikan

Pekerjaan sehari-hari

Jabatan

Alamat

1

2

3

4

5

6

1

H.RAHMAT S.Pd.

S.1

PNS

Ketua

Rt18/05 . Wage

2

NURDIN

SLTA

Wiraswasta

Wk.Ketua

Rt01/01 . Kliwon

3

AANG AZIS ANWAR

SLTA

Sawsta

Sekretaris

Rt08/02 . Manis

4

YADI IBADI SOLIHIN

SLTA

Wiraswasta

Bendahara

Rt15/04.  Pon

5

JOKO SULISTIYO

S1

Wiraswasta

Anggota

Rt 23/06 .Pahing

6

DIDING SUAEDI

S1

Guru

Anggota

Rt10/03 . Pahing

 

 

a.   Data Ketua Rukun Warga (RW) , Rukun Tetangga (RT)

NO.

N A M A

TGL LAHIR

PEKERJAAN

JABATAN

 

1.

DADANG HARYONO

06-02-1961

PNS

Ketua RW 01

2.

SAHBUDIN

12-02-1962

Karyawan Swasta

Ketua RW 02

3.

HAMDANI

02-03-1963

PNS

Ketua RW 03

4

EMBANG

12-01-1963

WIRAWASTA

Ketua RW 04

5

ANI ROHAETI

16-06-1967

I R T

Ketua RW 05

6

SUKARTA

16-06-1967

PNS

Ketua RW 06

7.

ENGKUS KUSWARA

11-03-1974

WIRASWASTA

Ketua RT 01

8.

MANSYUR

17-06-1955

PNS

Ketua RT 02

9.

MAMAT  RAHMAT

17-06-1955

WIRASWASTA

Ketua RT 03

10.

SOLIHIN

02-11-1961

WIRASWASTA

Ketua RT 04

11.

PULUNG

06-07-1966

WIRASWASTA

Ketua RT 05

12.

HASAN SANUSI

06-04-1961

WURSWASTA

Ketua RT 06

13.

EBUD SAEBUDI

26-06-1966

WURASWASTA

Ketua RT 07

14.

TOTO SUARTO

20-08-1966

WIRASWASTA

Ketua RT 08

15.

DIDI SURYADI

10-05-1965

WIRASAWASTA

Ketua RT 09

16.

LUKMAN KOMARUDIN

12-12-1964

WIRASWASTA

Ketua RT 10

17.

II. SYAFII

12-05-1963

WIRASWASTA

Ketua RT 11

18.

H.DUDUNG ABDUL AZIS

01-09-1956

WIRASWASTA

Ketua RT 12

19.

OTONG SUBAGJA

 

WIRASWASTA

Ketua RT 13

20.

MOMON SOLEMAN

20-01-1957

WIRASWASTA

Ketua RT 14

21.

NARIMO

27-04-1954

KARYAWAN

Ketua RT 15

22.

TATANG BADRUTAMAM

08-03-1960

WIRASWASTA

Ketua RT 16

23.

DADANG ISKANDAR

27-04-1962

WIRASWASTA

Ketua RT 17

24.

DUDUNG ABDULAH

17-01-1971

WIRAWASTA

Ketua RT 18

25.

HARIS  HASAN HARIRI

01-06-1973

WIRASWASTA

Ketua RT 19

26.

AHMAD JUMALI

11-06-1987

KARYAWAN

Ketua RT 20

27.

MAMAN SAYAMAN

08-09-1959

WIRASWASTA

Ketua RT 21

28.

MUHAMMAD HASYIM

06-081962

WIRASWASTA

Ketua RT 22

29.

DENI LUPIYANI

25-11-1983

PNS

Ketua RT 23

30.

YADI SUPRIYADI

14-04-1953

WIRASWASTA

Ketua RT 24

 

 

 

 

 

b.   Data Personil LINMAS

NO

N A M A

TEMPAT,

TGL. LAHIR

ALAMAT

JABATAN

1

Udin Jaenudin

Kuningan, 16 – 08 – 1972 

Dusun Manis      Rt. 06/04

Kasatgas

2

Jaja Jajuri

Kuningan, 23 – 03 – 1979

Dusun Manis  Rt. 006/02

Danru

3

Dedi Suhendi

Kuningan, 16 – 10 – 1959

Dusun Pon     Rt. 014/04

Anggota

4

A.  Rahman

Kuningan, 24 – 04 – 1964

Dusun Kliwon Rt. 004/01

Anggota

5

Mukodam

Kuningan, 12 – 04 – 1969

Dusun Pahing Rt. 011/03

Anggota

6

Ikin Asikin

Kuningan, 18 – 08 – 1962

Dusun Wage   Rt. 019/05

Anggota

7

Dedi Akbar Rianto

Prabumulih,26–06–1984

Dusun Manis  Rt. 009/02

Anggota

8

Ali Paesa

Kuningan, 30 – 07 – 1968

Dusun Manis  Rt. 008/02

Anggota

9

Hasan

Kuningan, 21 – 01 – 1970

Dusun Pahing Rt. 011/03

Anggota

10

Iwan Ridwan

Kuningan, 26 – 07 – 1977

Dusun Wage   Rt. 018/005

Anggota

 

 

2.3       Dinamika Konflik

Dinamika konflik merupakan gambaran menyeluruh tentang keadaan, pola intensitas dan karakter desa meliputi kekuatan hubungan antar pemangku kepentingan di desa yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembangunan dan upaya bina damai. Kajian dinamika konflik adalah serangkaian kegitan pengumpulan, pengolahan dan formulasi data keadaan desa yang meliputi  pemahaman konteks, interaksi, intervensi, pelaku, masalah dalam rangka perencanaan pembangunan bina damai.

Kajian terhadap dinamika konflik  dalam penyusunan RPJM Desa dimaksudkan untuk menggambarkan secara keseluruhan tentang pola kekuatan hubungan antar kelompok, kerentanan sosial, kohesivitas kelompok, serta factor-faktor pendorong dan penghambat perdamaian di desa sebagai masukan dalam merumuskan kebijakan dan startegi pembangunan.

Secara khusus kajian dinamika konflik ini bertujuan :

a.    Mengidentifikasi kekuatan hubungan antar pemangku kepentingan yang terlibat dalam pembangunan di desa.

b.   Mengidentifikasi kondisi sosial yang menyebabkan kesenjangan diantara kelompok anatar pemangku kepentingandi desa.

c.    Mengidentifikasi factor-faktor pendorong dan pemecah perdamaian dalam masyarakat; dan

d.   Merumuskan strategi penanganan dan pencegahan konflik serta bina damai ke depan secara terpadu.

Kajian dinamika konflik dalam proses perencanaan dapat digunakan untuk lebih mengenal kondisi sosiogeografis, budaya, sejarah perkembangan desa yang berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan ini dilakukan agar dihasilkan dokumen RPJM Desa yang komprehensif dan peka terhadap konflik. RPJM Desa harus mampu mendorong upaya bina damai dan mencegah terjadinya konflik pada saat pelaksanaan program. Dengan demikian, RPJM Desa memiliki kemampuan untuk memformulasikan kebijakan dan arah pembangunan desa secara berkelanjutan, diterima oleh masyarakat dan meminimalisasi konflik di masa depan akibat keterbatasan sumber daya, sejarah konflik, perbedaan kepenntingan, diskriminasi dan kesenjangan dalam masyarakat

 

2.4       Potensi dan Masalah

2.5.1. Potensi

A.   Potensi Sumber Daya Manusia

Potensi adalah kemampuan yg mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan berupa kekuatan, kesanggupan dan daya baik berupa Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam. Adapun potensi yang berada di Desa Cilimus antara lain:

1.   Jumlah Penduduk Berdasarkan :

a.            Jenis Kelamin

No

Jenis Kelamin

Jiwa

Ket

1

Laki-laki

4072

-

2

Perempuan

3939

-

 

         

2.   Jumlah Penduduk Menurut Agama

No

Agama

Laki-laki

Perempuan

1

Islam

4072

3939

2

Kristen Katolik

-

-

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

B.   Potensi Sumber Daya Alam

1.   Tanaman Pangan

a.    Luas Tanaman Pangan Menurut Komoditas

No

Jenis Komoditas

Luas

Ket

1

Jagung

-       

-       

2

Kacang Kedelai

-       

-       

3

Kacang Tanah

-       

-       

4

Kacang Panjang

-       

-       

5

Padi Sawah

21 H

    -

6

Padi Ladang

-       

-       

7

Ubi Kayu

-       

-       

8

Ubi Jalar

-       

-       

9

Tomat

-       

-       

10

Sawi

-       

-       

11

Mentimun

-       

-       

11

Buncis

-       

-       

12

Terong

-       

-       

13

Kangkung

-       

-       

14

Umbi-umbian Lain

21 H

-       

 

 

b.   Perkebunan

No

Jenis Komoditas

Luas

Ket

1

Kelapa

-

-

2

Kopi

-

-

3

Cengkeh

-

-

4

Lada

-

-

5

Vanili

-

-

 

 

 

c.    Kehutanan

-      Luas Lahan Menurut Pemilikan

No

Jenis Kepemilikan

Ket

1

Lahan Milik Negara

-

2

Lahan Milik Perhutani

-

3

Lahan Milik Masyarakat

197.657

Jumlah Total

197.657

 

 

-      Hasil Hutan

No

Jenis

Ket

1

Kayu

-

2

Bambu

-

3

Jati

-

4

Mahoni

-

5

Gula Enau

-

 

 

-      Kondisi Hutan

No

Kondisi Hutan

Baik

Rusak

Total

1

Hutan Produksi

-

-

-

2

Hutan Lindung

-

-

-

 

 

d.   Peternakan

-      Jenis Populasi Ternak

No

Jenis Ternak

Jumlah Pemilik

Jumlah Populasi

1

Sapi

-

-

2

Kerbau

-

-

3

Ayam Kampung

-

-

4

Ayam Broiler

-

-

5

Bebek

-

-

6

Kambing

-

-

7

Domba

-

-

8

Angsa

-

-

9

Kelinci

-

-

10

Burung Walet

-

-

11

Anjing

-

-

 

 

-      Produksi Peternakan

No

Jenis

Ket

1

Susu

-

2

Kulit

-

3

Telur

-

4

Daging

-

5

Air liur burung walet

-

 

 

e.    Sumber Daya Air

No

Jenis

Jumlah (unit)

Pemanfaat (KK)

Kondisi (Baik/Rusak)

1

Mata Air

2

25

 

2

Sumur Gali

1.841

1.841

 

3

Sumur Pompa

-

-

 

4

PAM

325

325

 

5

Sungai

2

-

 

6

Embung

-

-

 

7

Depot Isi Ulang

1

520